MENGUATNYA SOLIDARITAS SOSIAL DI TENGAH MASYARAKAT MODERN

Masih ingatkah anda akan aksi Demonstrasi yang pernah dilakukan oleh  elemen mahasiswa dari berbagai kampus ternama di Ibu kota dan Kota-kota besar lainnya beserta kaum buruh di Indonesia Ketika menentang  UU Omnibus Law (Undang-undang Cipta Kerja). 20 Oktober 2020. Aksi tersebut dilakukan oleh mahasiswa berhari-hari tanpa mengenal lelah dari pagi hingga petang, lapar dan haus tak diperdulikan mereka.

Gerakan ini terus berlanjut dan meluas di sejumlah daerah, yang dipelopori oleh Mahasiswa. Tuntutan mereka adalah meminta kepada pembuat Undang-undang untuk merevisi pasal-pasal yang merugikan masyarakat terutama masyarakat kecil dan kaum marginal. Gerakan tersebut tiada lain sebagai bentuk Solidaritas social yang ditunjukkan oleh Mahasiswa sebagai dukungan kepada pihak yang akan dikenakan undang-undang Omnibus Law tersebut. Solidaritas social tersebut didasari atas adanya kesadaran kolektif sebagai mahasiswa.

Solidaritas social menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada keadaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Ikatan ini lebih mendasar daripada hubungan kontraktual yang dibuat atas persetujuan rasional, karena hubungan hubungan serupa itu mengandaikan sekurang kurangnya satu tingkat/derajat consensus terhadap prinsip-prinsip moral yang menjadi dasar kontrak itu (Johnsons, 1994). Lawang dalam bukunya juga, bahwa :  “Dasar pengertian solidaritas tetap  kita  pegang  yakni  kesatuan,  persahabatan,  saling  percaya  yang  muncul akibat tanggung jawab bersama dan kepentingan bersama diantara para anggotanya .

Emile Durkheim (Johnsons, 1994) Solidaritas adalah perasaan saling percaya antara para anggota dalam suatu kelompok atau komunitas. Kalau orang saling percaya maka mereka akan menjadi satu/menjadi persahabatan, menjadi saling hormat-menghormati, menjadi terdorong untuk bertanggung jawab dan memperhatikan kepentingan sesamanya. “

Durkheim paling tertarik pada cara yang berubah yang menghasilkan solidaritas sosial, dengan kata lain, cara yang berubah yang mempersatukan masyarakat dan bagaimana para anggotanya melihat dirinya sebagai bagian dari suatu keseluruhan. Untuk menangkap perbedaan tersebut Emile Durkheim mengacu kepada dua tipe solidaritas yaitu Mekanik dan Organik. Suatu masyarakat yang dicirikan oleh solidaritas mekanik bersatu karena semua orang adalah generalis. Ikatan diantara orang orang itu ialah karena mereka semua terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mirip dan mempunyai tanggung jawab-tanggung jawab yang mirip. Sebaliknya, suatu masyarakat yang dicirikan oleh solidaritas organik dipersatukan oleh perbedaan perbedaan diantara orang- orang, oleh fakta bahwa semuanya mempunyai tugas-tugas dan tanggungjawab yang berbeda17. Durkheim kemudian membagi Solidaritas social menjadi dua macam yakni Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik

Suatu masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik adalah masyarakat dimana individu-individu terikat secara homogen kedalam kesatuan-kesatuan sosial dan conscience collective di dalam masyarakat sedemikian itu adalah bersifat represif dimana setiap pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang ada selalu dikaitkan dengan sanksi-sanksi hukuman. Masyarakat dengan solidaritas mekanik adalah suatu masyarakat yang relative homogen, khususnya dalam hal pembagian pekerjaan.  Masyarakat yang relative homogen disini dijelaskan yaitu tipe masyarakat yang memiliki kesamaan tujuan, adat dan jenis pekerjaan. (Departemen Sosiologi, FISIP, Universitas Airlangga ” Pergeseran Nilai dalam Hubungan Antar Generasi Serta Dampak Terhadap Lansia , “Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/).

Solidaritas Mekanik ini dapat dilihat pada kebersamaan dan gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat di Pedesaan. Misalnya pada acara hajatan, mereka tidak perlu menggunakan Catering untuk mempersiapkan makanan Pesta melainkan masyarakat itu sendiri yang mengatur diri siapa mengerjakan apa.

Solidaritas mekanik menunjukkan berbagai komponen atau indikator penting, contohnya yaitu, adanya kesadaran kolektif yang didasarkan pada sifat ketergantungan individu yang memiliki kepercayaan dan pola normatif yang sama. Individualitas tidak berkembang karena dihilangkan oleh tekanan aturan atau hukum yang bersifat represif. Sifat hukuman cenderung mencerminkan dan menyatakan kemarahan kolektif yang muncul atas penyimpangan atau pelanggaran kesadaran kolektif dalam kelompok sosialnya.

“Kesadaran kolektif “yang dilakukan oleh Individu dalam masyarakat seperti ini cenderung homogen dalam banyak hal. Keseragaman tersebut berlangsung terjadi dalam seluruh aspek kehidupan, baik sosial, politik bahkan kepercayaan atau agama. Masyarakat dalam solidaritas mekanik satu dan padu karena seluruh orang adalah generalis. Berdasarkan keserbasamaan moral dan sosial, solidaritas mekanik ini telah diperkuat oleh displin suatu komunitas. Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi karena mereka terlibat dalam aktivitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama. Solidaritas mekanik ini merupakan dasar kohesi sosial, di mana tingkat perorangan sangatlah rendah. Solidaritas mekanik lahir karena adanya kesamaan-kesamaan dalam masyarakat.

Singkatnya, Dari gambaran mengenai solidaritas mekanik bisa dilihat dengan keadaan kehidupan yang ada di Desa. Orang desa identik dengan gotong royong, saling membantu dan tidak adanya rasa gengsi satu sama lain. Karena masyarakat desa cenderung memiliki pola pikir yang sama yaitu tradisional bahkan gaya hidup mereka pun juga tradisional, di lihat dari segi pekerjaan pun mereka memiliki pekerjaan yang homogen yaitu bercocok tanam.

            Pada umumnya Solidaritas Mekanik ini memang banyak dijumpai pada masyarakat yang pembagian kerjanya rendah seperti di pedesaan. Namun demikian, kenyataannya Solidaritas mekanik juga berkembang pesat di masyarakat perkotaan bukan karena pembagian kerja rendah melainkan kesadaran kolektif yang kuat, sehingga mudah sekali mereka terpropokasi untuk melakukan suatu Gerakan.

Doyle Paul Johnson (1994), secara terperinci menegaskan indikator sifat kelompok sosial atau masyarakat yang didasarkan pada solidaritas mekanik, yakni: (1) Pembagian kerja rendah, (2) Kesadaran kolektif kuat, (3) Individualitas rendah, (4) Konsensus terhadap normative penting, (5) Adanya    keterlibatan   komunitas dalam menghukum      orang  yang menyimpan, (6) Secara relative sifat ketergantungan rendah, (7) Bersifat primitive atau pedesaan

            Disamping solidaritas Mekanik, Oleh Durkheim juga diklassifikasikan ke dalam Solidaritas Organik.  Masyarakat dalam solidaritas organik didasarkan atas pembagian kerja dalam masyarakat. Solidaritas organik lahir karena adanya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat. Solidaritas sosial yang berkembang pada masyarakat masyarakat kompleks berasal lebih dari ke saling tergantungan daripada kesamaan bagian-bagian. Lebih jelasnya, Johnson (1994) menguraikan bahwa: “solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar. Solidaritas itu didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai  hasil dari bertambahnya spesialisasi dan pembagian pekerjaan yang memungkinkan dan juga menggairahkan bertambahnya perbedaan dikalangan individu (Johnsons, 1994).

Munculnya perbedaan perbedaan dikalangan individu yang di akibatkan oleh pembagian kerja yang begitu kuat ini dapat merubah kesadaran kolektif yang ada pada masyarakat sederhana. Sepeti dikatakan Emile Durkheim Pembagian kerja terus saja mengambil peran yang tadinya diisi oleh kesadaran kolektif. Pembagian kerja awalnya dimainkan oleh kesadaran kolektif bersama menjadi hubungan kontraktual dalam masyarakat. ( (Johnsons, n.d.) 1994)

Menurut George Ritzer (2012): “Solidaritas organic dipersatukan oleh perbedaan-perbedaan diantara orang-orang, oleh fakta bahwa semuanya mempunyai  tugas-tugas dan tanggung jawab yang berbeda”.  Karena dalam masyarakat organik melaksanakan setiap perkerjaan yang relatif sempit, mereka banyak membutuhkan tenaga dari orang lain agar dapat memenuhi  kelangsungan  hidupnya. Oleh  karena  itu  masyarakat organik  dalam pandangan Durkheim “Dipersatukan oleh spesialisasi orang-orang dan kebutuhan mereka untuk layananan dari banyak orang lain.

Solidaritas Organik bisa dijumpai pada perusahaan-perusahaan besar yang terdiri dari Top Manajer, Middle Manajer dan Lower Manajer, ketiga elemen ini memilik ketergantungan satu sama lain, sehingga menciptakan Solidaritas. Solidaritas yang ada bukan karena mereka memiliki kesamaan-kesamaan (misalnya kesamaan agama, ras, satu keluarga satu kampung dan lain sebagainya), melainkan justru karena mereka terspesialisasi berdasarkan pembagian kerja masing-masing. Mereka saling membutuhkan, semua tugas atau pekerjaan tidak mungkin dilakukannya sendiri, melainkan membutuhkan orang lain yang memiliki spesialisasi yang dibutuhkan. Model pembagian kerja seperti ini yang menuntut mereka untuk berkumpul setiap hari dan perkumpulan dalam suatu masyarakat yang seperti ini juga dikarenakan ada imbalan setiap bulan atau gaji.

Contoh yang paling gampang diamati di lingkungan tempat tinggal kita. Kita butuh tukang sampah, tukang sayur, tukang ojek dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu saling membutuhkan satu dengan yang lain. Singkatnya, Solidaritas Organik lebih banyak dijumpai pada masyarakat yang memiliki pembagian kerja yang tinggi seperti di perkotaan atau masyarakat modern,

DAFTAR REFERENSI

Departemen Sosiologi, FISIP, Universitas Airlangga ” Pergeseran Nilai dalam Hubungan Antar Generasi Serta Dampak Terhadap Lansia , “Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Johnsons, Paul Doyle, 1994. Teori Sosiologi Klasik Dan M                  (Jakarta: Gramedia Pustaka.1994), 186.

Ritzer, George, (2012) Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Post Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ritzer, George, Teori Sosiologi, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012 ), 143-145

Teori Solidaritas Emile Durkheim (file:///C:/Users/user/Downloads/Documents/Bab%202.pdf diakses pada tanggal 9 April 2021)

One thought on “MENGUATNYA SOLIDARITAS SOSIAL DI TENGAH MASYARAKAT MODERN

Leave a comment